Rabu, 28 November 2012

KIAT SUKSES MENJADI TECHNOPRENEUR


Memasuki millenium ketiga peradaban manusia, semakin nyata bahwa bisnis teknologi akan menjadi tumpuan utama pengembangan kesejahteraan. Kata enterpreneur bagi sebagian orang mungkin sudah tidak asing, namun harus diakui, bahwa sebenarnya definisi enterpreneur itu sendiri masih belum disepakati secara menyeluruh dan memuaskan oleh semua pihak. Ada yang mengartikan sebagai orang-orang yang pandai melihat peluang usaha serta menerjemahkannya menjadi peluang nyata yang memiliki nilai tambah. Tetapi ada juga yang mengartikan sebagai seorang inovator yang menggabungkan teknologi yang berbeda, dan konsep-konsep bisnis untuk menghasilkan suatu produk barang atau jasa baru yang mampu mengenali setiap kesempatan yang menguntungkan, menyusun strategi, dan yang berhasil menerapkan ide-idenya. Selain itu ada lagi yang mengartikan mereka yang mampu memajukan perekonomian masyarakat dengan berani mengambil resiko, tapi bagaimana dengan teknopreneur? Teknopreneur berarti orang yang bekerja/berusaha di bidang teknologi dan istilah tersebut mulai muncul ketika internet mulai dikenal masyarakat Bisnis teknologi, yang mencakup setiap produk teknologi atau teknologi yang digunakan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi, disamping tentunya profit, umumnya dimotori oleh yang namanya teknopreneur.
Teknopreneur adalah penamaan bagi entrepreneur yang mengembangkan bisnis berdasarkan kemampuan dalam berinovasi dan memanfaatkan ilmu pengetahuan serta teknologi sebagai basis. Fakta selama ini menunjukkan bahwa, perusahaan yang membangun dan mengembangkan teknopreneurship, akan tetap bertahan dalam ketatnya persaingan bisnis dan mampu mengembangkan inovasi untuk kemajuan bisnisnya. Proses inovasi pada bisnis teknologi tidak selamanya melalui suatu penelitian yang intensif di laboratorium. Proses inovasi dapat juga dilakukan dengan perubahan kecil pada teknologi yang sudah ada, sesuai dengan perkembangan pasar. Untuk itu, tersedianya informasi yang aktual, faktual serta komprehensif sangat dibutuhkan. Untuk itu, dengan mengkoordinasikan kegiatan, mengelola modal atau sarana produksi, yang dilengkapi dengan mengenalkan fungsi produksi baru, serta memiliki respon kreatif dan inovatif terhadap suatu perubahan yang terjadi, sudah menjadikan semacam syarat yang tidak dapat di tawar-tawar lagi oleh pemimpin bisnis.
Kisah perjalanan bisnis seorang teknopreneur berawal dari ketidaksengajaan harddisk-nya yang rusak karena dijatuhkan oleh putrinya, Dion melihat peluang untuk menggeluti bisnis penyelamatan data. Terdapat film cerita tentang adanya program IT yang coba diterapkan di lingkungan sebuah sekolah elit. Dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi, semua standar keamanan hingga kegiatan belajar mengajar di sekolahan itu dikontrol oleh satu mesin komputer yang berada di tengah-tengah laboratorium sekolah. Intinya tempat tersebut bakal dijadikan sebagai model bagi proyek pengembangan sekolah yang menerapkan teknologi canggih di masa depan. Namun tragis, programnya telah disusupi virus yang merupakan program pembantai, Mangler, sesuai judul filmnya. Sehingga sistem keamanan tingkat tinggi yang dipakai untuk melindungi setiap warganya, akhirnya justru berbalik menyerang dan membunuh seluruh penghuni di dalamnya. Memang, teknologi digital boleh diakui merupakan lompatan bagi peradaban manusia. Disadari atau pun tidak, kehidupan kita semakin tergantung kepada penggunaan teknologi yang mampu menyajikan berbagai kemudahan. Di sisi yang lain kerusakan data digital bisa menjadi rentan akibat faktor kecelakaan serta akibat kesalahan oleh tangan manusia yang mengoperasikannya. Bayangkan, betapa akan memusingkan apabila database para nasabah sebuah bank tiba-tiba lenyap gara-gara salah menekan tombol format atau serangan software jahat, misalnya.
Antisipasi akan hal seperti itu dikenal jasa yang melayani recovery data, back up, dan sejenisnya. Salah satunya MsDOT Research Data Recovery Specialist yang telah ada sejak tahun 1997. Usaha ini pada awalnya didirikan pada 1990 di Malang dengan nama MsDOT oleh 5 orang dari ITN, salah satunya Dion Handoyo. Pada 1995 MsDOT mendirikan jasa desain elektronika dengan nama CV. MsDOT Cipta Elektronika. Lalu 1997 Dion mengembangkan sayap bisnis dan mulai memisahkan diri dengan membuat jasa penyelamat data. Sehingga pada 2000 MsDOT telah menjadi PT. MsDOT Cipta Mandiri bermarkas di Sidoarjo serta memiliki cabang di Surabaya dan Malang. Pada mulanya ia hanya melayani perbaikan hard disk rusak atau nodetect serta perbaiakan hard dsik bad sector saja. Baru sekitar 1999 jasa ini ia kembangkan menjadi recovery data dan bahkan juga menerima kursus recovery data mulai Januari 2000. “Jasa penyelamatan data adalah jasa yang bergerak di bidang penyelamatan data khususnya pada media hard disk, baik karena kasus software, dalam arti terdapat kehilangan data yang berada di dalam hard disk yang kondisinya oke atau baik. Maupun kasus hardware, kehilangan data penting akibat hard disk dalam kondisi rusak,” papar lulusan Teknik Elektro ITN dan pengajar Teknisi Komputer di beberapa lembaga pendidikan ini. “Akan tetapi tidak hanya terbatas pada media hard disk saja, tetapi juga media CD, flashdisk, memory card, dan disket,” tambahnya. Faktor ketidaksengajaan disebutkan menjadi latar belakang Dion mengembangkan produk jasa penyelamat data ini. Ide itu bermula ketika putri pertamanya, Rr. Dira Shufiyah dengan tanpa sengaja menjatuhkan sebuah hard disk. “Saya coba untuk memperbaiki sendiri hard disk tersebut dan akhirnya bisa,” kisahnya. Ketika itu ia belum memikirkan adanya peluang bisnis. Namun secara kebetulan pada saat itu ia masih bekerja di sebuah perusahaan distribusi hardware di samping menjadi pengajar. Banyak anak muridnya yang memiliki hard disk rusak dan minta diperbaiki. Cukup melalui mulut ke mulut, kini namanya dikenal hingga ke seluruh Indonesia. Dikatakan, tiap minggu rata-rata 10 buah kasus bisa ditanganinya.
“Target dari usaha saya sebetulnya tidak memandang siapa pun, baik itu instansi pemerintah, swasta, mulai dari pelajar, rumah tangga, usaha kecil, kepolisian, kedokteran, bank, dan lain-lain. Selama hard disk mereka ada data yang harus direcovery pasti kami akan siap membantu,” ujarnya. Sejauh ini ia memang telah berhasil membantu menyelamatkan data pelanggan yang berasal dari berbagai kalangan, seperti perusahaan swasta, BUMN, perbankan, sekolahan,yayasan, rumah sakit, perorangan, mahasiswa dan lain-lain. Cukup banyak komentar diberikan oleh pelanggan yang telah tertolong sebagai testimonial dalam situsnya.
Layaknya pakar, Dion menyediakan diri untuk memberikan konsultasi mengenai masalah data yang hilang, prosedur perbaikan, nama file/ directory yang Anda butuhkan, variabel biaya, lama pengerjaan, garansi perbaikan serta hal lainnya baik melalui telepon atau bertemu secara langsung. “Jika setuju, pelanggan dapat meminta analisa kerusakan tersebut kepada teknisi kami, hal ini dikenakan biaya Rp 25 ribu,” paparnya. “Setelah itu, akan diprediksi biaya dan lama pengerjaan,” sambungnya. Waktu standar yang dibutuhkan biasanya tiga hari sampai sebulan. Hari pertama untuk pengecekan serta analisa kepastian biaya, hari kedua memintakan konfirmasi pelanggan apakah bisa disetujui, dan baru mulai pengerjaan pada hari ketiga. Lama pengerjaan masing-masing tergantung pada tingkat kesulitannya. Jika tidak terlalu sulit penegerjaan bisa segera diselesaikan. Bila tidak, hasilnya yakni berupa data dapat diperbaiki akan diberitahukan segera. “Akan kami berikan daftar file dan directory yang dapat diselamatkan untuk diperiksa. (Dapat dicek langsung pada saat pengambilan). Klien dapat membawa media lain untuk menyimpan data atau diback up ke CD. Jika telah disetujui dan telah dipastikan dapat dijalankan/ open, maka dapat diambil serta menyelesaikan biaya administrasi,” tutur Dion. Besarnya biaya recovery ditentukan oleh beberapa faktor, yakni dari kapasitas hard disk, operating system yang dipakai, dan yang ketiga tergantung dari kasusnya. Sebuah hard disk minimal Rp 200 ribu sedangkan untuk flash disk, floppy, CD ROM, dan memory card adalah Rp 150 ribu. Untuk setiap kasus dikenai tarif Rp 400 ribu dengan maksimal dikalikan tujuh atau sesuai jumlah kasusnya. Tetapi dikatakan, jaminan data tidak selalu 100% dapat kembali sebab hal itu tergantung pada kasusnya masing-masing. Namun apabila kasus software, sementara hard disk belum sempat diutak-atik oleh orang lain, Dion memastikan kemungkinan data pulih bisa 100%. “Akan tetapi kalau kasus hardware kemungkinannya 100%, meskipun tidak semua kasus,” ungkapnya.

Sumber:
2.    http://jejakbusiness.wordpress.com/2009/07/19/kisah-seorang-technopreneur/.

Senin, 12 November 2012

SEMANGAT HIDUP SEORANG NENEK PENJUAL NASI GORENG


Kemarin malem, saking asyiknya bermain game di depan laptop aku sampek ga terasa kalau ini udah dini hari, pantesan kepalaku udah mulai pusing dan badan mulai lemes juga. Cacing-cacing di perutku pada demo minta sumbangan. Nah ini artinya aku harus segera memenuhi permintaan cacing-cacing ini, aku nyari makanan sesuai isi kantong maklumlah aku anak kosan, waktu itu sekitar jam 00.50. Karena udah bosen ngangkring depan kosan, alhasil nasi goreng jadi pilihan buat diemin si cacing ini. Tempat yang aku datengin agak jauh dari kosanku, kalo jalan sampe kaki bengkak kali (lebay-nya aku).
Tiba di warung tempat penjual nasi goreng itu, aku kaget karena yang jualan seorang nenek, bayangkan! Beliau cuman sendirian. Tapi karena udah gak tahan lapernya, langsung aja aku pesen nasi gorengnya. Niat awal mau di bungkus makan di kosan, setelah baca dzikir sebanyak 100x (lebeh lagi) akhrinya ter mufakat keputusan buat makan disitu sekalian nemenin nenek penjual nasi goreng yang kebetulan lagi gak ada pembeli kecuali aku. Sambil menunggu nasi gorengku jadi, aku mengamati nenek itu. Kelihatan banget kalo tangannya gemetar waktu ngeracik bumbu, ngangkat piring, nyuci wajan dan lain-lain. Terharu aku ngeliatnya, di saat-saat yang seperti itu jiwa kepahlawananku muncul, maklumlah aku orangnya kan sok tau dan sok bisa gitu.
AAG      : Boleh saya bantu nek?
NPNG   : ndak usah dek, duduk aja
AAG      : Nggak papa nek sini saya bantu (bantu ngerecokin)
NPNG   : Sudah hampir selesai dek
AAG      : oh ya sudah. Buka sampe jam berapa ini nek?
NPNG   : tergantung habisnya jam berapa dek. Biasanya jam 2 atau 3, kalau jam 3 belum habis juga ya saya pulang
AAG      : Nenek sendirian?
NPNG   : iya dek
AAG      : emangnya nenek ga punya anak?
NPNG   : punya dek tapi ikut suami keduanya dan aku tinggal bareng seorang cucu yang masih kecil umur 7 tahun dan suami aku sudah meninggal 6 tahun yang lalu
AAG      : nenek sudah berapa lama jualan nasi goreng?
NPNG   : sudah 15 tahun nenek jualan nasi goreng, maklumlah dek ga ada lagi yang ngebantuin nenek dan nenek harus menghidupi cucu lagi karena di tinggal ibunya                   
Keterangan:  AAG   = Aku Anak Gaul Gituh (maksa dikit sih)
                    NPNG = Nenek Penjual Nasi Goreng
Nggak enak ati juga nanya banyak-banyak. Takutnya dikira ndak sopan atau mengganggu privasi orang, soalnya si nenek juga kayaknya udah gak betah banget pengen nyudahin pas aku tanya-tanya (emm, sepertinya beliau tau kalo ngobrol lama-lama sama aku ujung-ujungnya bakal merugikan). Tapi dari sedikit percakapan itu, bahkan sebelum percakapn itu ada, aku udah ngerasa iba banget sama perjuangan nenek itu. Bayangkan aja, buka sejak malem (perkiraan mungkin jam 8) sampe pagi (jam 3 maksimal). Seorang nenek dengan usia sekitar 70 tahunan. Megang benda-benda kecil udah gemetar tapi beliau masih semangat buat nyiapin pesenan pelanggan. Senyumnya juga masih mengambang meskipun dingin menyelimutinya. Sedih, salut, penasaran, dan terharu. Yang bikin sedih dan terharu tentunya karena usia nenek yang lebih layak untuk tinggal di rumah, menonton TV, atau beristirahat. Sempet ngobrol lagi katanya kalau pulang beliau mesti ngojek. Haaaa? bener-bener nggak habis pikir, begitu besar perjuangan dan pengorbanan nenek ini, salut empat jempol dah. Perjuangan beliau untuk mencari nafkah benar-benar luar biasa. Rasanya jadi malu sama diriku sendiri, aku yang masih muda kok semangatnya malah kadang kembang-kempis kayak asma, (Tapi dengan sedikit pengalaman kemarin malem, moga aku jadi lebih baik). Buat Nenek, terimakasih telah memberi aku pelajaran ini dan semoga nenek selalu dalam lindungan-Nya. Amin

Rabu, 31 Oktober 2012

LANGKAH-LANGKAH MENJADI SEORANG PENGUSAHA


Entrepreneur atau pelaku wirausaha sendiri pada dasarnya bisa dimaknai sebagai individu yang mencari nafkah kehidupan dengan membangun suatu usaha/bisnis secara mandiri. Ada banyak alasan mengapa seseorang memutuskan menjadi seorang entreprenur. Mungkin yang pertama karena ingin mendapatkan kebebasan finansial (financial freedom). Sebab jika sukses, pilihan menjadi pelaku bisnis mandiri sangat menjanjikan potensi income yang akan diperoleh. Alasan lainnya mungkin karena tidak kerasan untuk menjadi pekerja kantoran yang penuh dengan birokrasi, dan mungkin juga iklim kerja yang tak produktif serta atasan yang tidak inspiratif. Apa lagi yang lebih bikin tidak nyaman adalah adanya perintah ini itu dari seorang bos yang tidak inspiring. Itulah mengapa kini kian banyak orang makin berminat menjadi entreprenur. Dalam konteks ini, ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat keberhasilan seorang entrepreneur. Namun setidaknya terdapat tiga elemen kunci yang bisa dicatat dalam kaitannya dengan proses merajut diri menjadi pengusaha sukses antara lain:
a.   Elemen yang pertama adalah adanya pengetahuan dan visi yang cukup jelas mengenai usaha yang akan kita tekuni. Kalau kita ingin membuka usaha dalam rumah makan Padang misalnya, maka mestinya kita cukup memiliki pemahaman yang cukup mendalam baik dalam aspek produksi ataupun potensi pasar dari usaha tersebut. Tanpa ditopang oleh pemahaman dan informasi yang cukup memadai mengenai bidang usaha yang akan kita tekuni, kita bisa dengan mudah terpeleset dan gagal merajut kisah keberhasilan sebagai seorang pengusaha. Lalu dari mana kita mesti menggali ketrampilan dan keahlian untuk menekuni usaha yang ingin kita jalankan. Tentu kita bisa menggalinya melalui pengalaman dan pembelajarn kita dari beragam sumber: bisa dari berbagai kisah buku-buku, tukar menukar pengetahuan dengan orang yang sudah sukses, ataupun dari pengalaman riil kita. Kalau kita tidak yakin dengan semua sumber informasi ini, jangan patah arang. Sebab sekarang-sekarang ini marak peluang waralaba (atau franchise). Peluang waralaba ini bisa menjadi alternatif yang menarik jika kita memang sama sekali tidak memiliki pengetahuan yang solid mengenai bidang bisnis yang ingin kita tekuni.
b. Elemen kunci kedua yang akan menentukan keberhasilan kita sebagai entrepreneur atau pengusaha sukses adalah adanya keberanian mengambil resiko (taking risk). Berbeda dengan lingkungan pekerja kantoran dimana kita pasti akan menerima gaji tetap tiap bulan, maka menekuni usaha mandiri memang beresiko. Namun tentu ancama akan resiko ini jangan sampai membuat kita gamang, ragu dan akhirnya tidak pernah bertindak untuk mencoba menjadi pelaku bisnis mandiri. Sebab akan lebih baik mencoba dan gagal, daripada tidak pernah mau mencoba sama sekali. “So, just do it now”.
c.  Elemen terakhir yang juga amat penting adalah ini: kalau anda sudah memutuskan dan mengambil tindakan riil untuk menjadi entrepreneur, maka jalanilah keputusan itu dengan konsisten: dengan kegigihan, dengan keuletan dan dengan ketekunan. Kita tahu, banyak orang yang mengalami kisah kegagalan bukan karena mereka bodoh atau tak punya bakat. Akan tetapi mereka gagal karena menyerah di tengah jalan. Quit (berhenti) dan tak mau meneruskan lagi upayanya dengan gigih. Jadi kata kuncinya adalah: teruslah menjalani usaha anda dengan tekun dan ulet sehingga anda mencapai titik keberhasilan.

Minggu, 30 September 2012

HUBUNGAN KEWIRAUSAHAAN DAN EKONOMI KREATIF


Permasalahan perekonomian yang melanda Indonesia begitu kompleks. Satu diantara berbagai permasalahan tersebut adalah begitu besarnya angka pengangguran di Indonesia. Lapangan pekerjaan yang tersedia masih jauh dari cukup untuk menampung jumlah tenaga kerja yang begitu banyak.  Hal ini sudah menjadi pekerjaan rumah pemerintah sejak lama yang sampai sekarang belum dapat dituntaskan. Berbagai usaha telah ditempuh untuk mengatasi masalah ini, salah satunya adalah sosialisasi tentang pembudayaan kewirausahaan (enterpreneurship) yang marak dilakukan lewat berbagai cara, mulai dari pendidikan sekolah, hingga melalui seminar-seminar dan penyuluhan di berbagai tempat dengan peserta dari berbagai golongan, mulai dari pelajar.
Lalu sebenarnya, apakah kewirausahaan itu? Berbagai pendapat berbeda pun timbul dari para ahli untuk mendefinisikan kewirausahaan. Richard Cantillon (1775) misalnya, mendefinisikan kewirausahaan sebagai bekerja sendiri (self-employment). Definisi lain di ungkapkan Harvey Leibenstein (1968-1979) yakni kewirausahaan mencakup kegiatan yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya. Singkat kata, Kewirausahaan bisa diartikan sebagai  kemampuan mandiri dan bekerja independen untuk mencapai kesejahteraan.
Kewirausahaan juga merupakan sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif. Seorang yang mengaplikasikan konsep dari kewirausahaan yaitu bekerja dengan independen dan menciptakan lapangan kerja sendiri dengan menjalankan usahanya berdasarkan idenya sendiri,dan menggunakan sumber daya yang tersedia secara kreatif dan inovatif, atau istilah populernya berbisnis disebut wirausaha. Kewirausahaan tidak mutlak dimiliki oleh wirausaha dalam dunia bisnis saja. Kenyataannya, sifat kewirausahaan juga banyak dimiliki karyawan, baik swasta ataupun pemerintah. Sifat kewirausahaan, itu sendiri muncul ketika seseorang berani mengembangkan ide-idenya dengan usaha-usaha tertentu. Tidak mudah untuk memiliki jiwa kewirausahaan. Kewirausahaan mencakup:
A. Sikap-sikap kewirausahaaan:
1. Disiplin: Memiliki kedisiplinan yang tinggi atas ketepatan terhadap waktu, kualitas pekerjaan, sistem kerja.
2. Komitmen Tinggi: Komitmen adalah kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh seseorang, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Seorang wirausahawan harus memiliki komitmen yang jelas, terarah dan bersifat progresif (berorientasi pada kemajuan).
3. Jujur: Kejujuran mengenai karakteristik produk (barang dan jasa) yang ditawarkan, kejujuran dalam promosi, kejujuran pelayanan yang dijanjikan dan kejujuran dalam  kegiatan terkait dengan penjualan produk yang dilakukan.
4. Kreatif dan Inovatif: Untuk memenangkan persaingan, harus memiliki daya kreativitas tinggi dilandasi oleh cara berpikir yang maju, penuh dengan gagasan-gagasan baru yang berbeda dengan produk-produk yang telah ada.
5. Mandiri: Dapat melakukan keinginan dengan baik tanpa ketergantungan pihak lain dalam mengambil keputusan termasuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
6. Realistis: Mampu menggunakan fakta/realita sebagai landasan berpikir yang rasional dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan atau perbuatannya.
B. Tahap Kewirausahaan:
1. Tahap memulai: niat untuk usaha, melihat peluang usaha yang mungkin, menentukan jenis usaha.
2. Tahap melaksanakan usaha: mengelola pembiayaan, SDM, kepemilikan, organisasi, kepemimpinan yang meliputi bagaimana mengambil resiko dan mengambil keputusan, pemasaran, dan melakukan evaluasi.
3. Tahap mempertahankan usaha: melakukan analisis perkembangan yang dicapai untuk ditindak lanjuti sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
4. Tahap mengembangkan usaha: jika hasil yang diperoleh mengalami perkembangan atau dapat bertahan, perluasan usaha mungkin dilakukan.
C. Ciri-ciri wirausaha  yang berhasil:
1. Memiliki visi dan tujuan yang jelas.
2. Inisiatif dan selalu proaktif tidak hanya menunggu sesuatu terjadi, tetapi lebih   dahulu memulai dan mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai kegiatan.
3. Berorientasi pada prestasi. Mutu produk, pelayanan yang diberikan, serta kepuasan pelanggan menjadi perhatian utama.Setiap waktu segala aktifitas usaha yang dijalankan selalu dievaluasi dan harus lebih baik dibanding sebelumnya.
4. Berani mengambil risiko.
5. Kerja keras. Jam kerja tidak terbatas pada waktu, di mana ada peluang dia datang.
6. Bertanggungjawab terhadap segala aktivitas yang dijalankannya, baik sekarang maupun yang akan datang. Tanggung jawab seorang pengusaha tidak hanya pada segi material, tetapi juga moral kepada berbagai pihak.
7.  Komitmen pada berbagai pihak.
8. Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak, baik yang berhubungan langsung dengan usaha yang dijalankan maupun tidak, antara lain kepada: para pelanggan, pemerintah, pemasok, serta masyarakat luas.
Bercermin dari negara-negara maju di dunia, seperti di Negara-Negara Eropa,Amerika,dan Kanada yang sudah mendapat pendidikan kewirausahaan sejak tahun 1950, di Indonesia saat ini di pendidikan tentang kewirausahaan sangat gencar diberikan kepada masyarakat sejak dini dengan harapan kewirausahaan tersebut dapat berakar kuat dalam diri masyarakat Indonesia sehingga memunculkan banyak wirausahawan yang menciptakan banyak lapangan pekerjaan. Kondisi yang sering terjadi adalah anak-anak Indonesia setelah tamat sekolah, yang terbersit dipikirannya adalah bekerja. Melihat kondisi Indonesia saat ini, dengan ketersediaan lapangan kerja yang tidak sebanding dengan jumlah tenaga kerja, pola pikir seperti itu tidak tepat. Mengapa? Karena pola pikir seperti itu tidak memacu kreatifitas dalam diri. Kecenderungan untuk hanya meniru lah yang akan timbul. Sesungguhnya, keterampilan untuk mencipta sesuatu ide dan gagasan barulah yang sangat diperlukan.
Kreatifitas memang sangatlah penting dan diperlukan bagi orang yang memiliki jiwa kewirausahaan. Kreatifitas itu jugalah yang menjadi dasar fenomena munculnya konsep Ekonomi Kreatif yang sekarang ini juga marak disosialisasikan, bersamaan dengan pendidikan kewirausahaan pada masyarakat indonesia. Apakah Ekonomi Kreatif itu? Ekonomi Kreatif merupakan sebuah konsep ekonomi di era ekonomi baru yang mengintensifkan informasi dan kreativitas dengan mengandalkan  ide dan stock of knowledge dari Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai faktor produksi utama dalam kegiatan ekonominya. Mengapa konsep ini bisa muncul? Di jaman moderen ini, semakin disadari bahwa ide adalah barang ekonomi yang sangat penting.
Dengan ide, produksi akan barang dan jasa menjadi tiada hentinya, selalu ada terobosan baru yang mengungguli trobosan lama. Contohnya, zaman dahulu, televisi tidak berwarna, kemudian berkembang menjadi televisi berwarna. Televisi terus berkembang. Sekarang, diciptakan televisi yang sangat tipis, menggunakan teknologi LED dengan berbagai fitur lainnya. Barang yang diciptakan semakin mengalami perkembangan teknologi yang menawarkan berbagai keuntungan bagi para konsumen sehingga orang-orang akan selalu tertarik untuk membelinya. Itu semua berawal dari ide yang menghasilkan kreatifitas dalam menciptakan, sehingga dalam suatu barang hasil produksi, yang diutamakan bukan hanya satu fungsi, tetapi menjadikan barang tersebut multifungsi. Ide tersebut tidak akan pernah habis karena selama manusia hidup, manusia akan memiliki ide-ide itu. Ide–ide kreatif membuat orang bisa menggunakan dan mengkombinasikan sumber daya fisik yang terbatas untuk tetap melakukan kegiatan ekonomi. Misalnya kemunculan berbagai pernak-pernik lucu dan unik seperti tas, tempat pensil, mainan, dll yang berasal dari daur ulang sampah. Sampah yang harusnya dibuang, bisa dimanfaatkan untuk menciptakan benda bernilai guna, yang tidak hanya memiliki fungsi tertentu, tapi juga menampilkan keindahan dan keunikan, bahkan bernilai ekonomi.
Melihat pentingnya pengembangan Ekonomi Kreatif, Instansi-instansi pemerintah seperti, Kementerian Negara dan Riset, Kementerian BUMN, Kementerian Nasional dan Kementerian Pertanian berkoordinator dalam mensosialisasikan pengembangan Ekonomi Kreatif dengan misi meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Instansi-Instansi tersebut memiliki tugas-tugas tersendiri untuk menjalankan misi tersebut, sesuai dengan Inpres No.6 Tahun 2009 (Http://www.Indonesiakreatif.net).
Lalu,adakah hubungan pembahasan mengenai kewirausahaan dengan ekonomi kreatif? Tentu saja ada. Dalam misi untuk mendorong masyarakat menjadi wirausahawan baru yang sukses sehingga menciptakan banyak lapangan kerja baru yang menyerap begitu membludaknya jumlah penggangguran di Indonesia, konsep ekonomi kreatif dirasa paling tepat ditanamkan pada pemikiran  masyarakat dalam memberi motivasi untuk berwirausaha karena untuk berwirausaha dengan konsep ekonomi kreatif, ide adalah modal utama. Dengan tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia yang relatif rendah, konsep ini diharapkan mampu memotivasi masyarakat untuk berwirausaha walaupun dengan modal yang sangat terbatas sekalipun.
Sosialisasi untuk membudayakan kewirausahaan disertai pemanfaatan konsep ekonomi kreatif cukup efektif karena ada cukup banyak wirausahawan baru yang muncul dan menuai sukses dengan berbekal dua hal penting tersebut. Hebatnya, banyak diantara wirausahawan baru tersebut yang  masih belia. Ini adalah berita baik dimana tujuan dari pendidikan kewirausahaan dan Ekonomi Kreatif yakni, mendorong munculnya wirausahaan muda dapat terealisasi. Contohnya Suhas Gopinath. CEO Global Inc yang memulai bisnis pada usia 14 tahun. Gopinath lahir di Bengaluru, Karnataka, India, 4 Nopember 1986. Gopinath membangun Global Inc di San Jose, California, pada tahun 2000. Perusahaan teknologi informasi ini melayani software solutions, mobile, dan e-commerce dengan pendapatan jutaan dolar.  Semula dia hanya mempekerjakan enam orang karyawan dengan bayaran 15 rupee per jam atau Rp 15.000. Namun kini dia memiliki 600 karyawan yang kesemuanya berusia muda.  Atas prestasinya yang luar biasa, Gopinath sudah sering diberi penghargaan sebagai pengusaha termuda oleh berbagai instansi seperi European Parliament, World Economic Forum (Http://adesyam.blogspot.com)
Kisah di atas bisa dijadikan motivator bagi masyarakat Indonesia, terutama generasi muda dengan tingkat kreatifitas tinggi untuk memanfaatkan kreatifitas yang dimiliki dan bekal pendidikan budaya kewirausahaan lewat berbagai media untuk membangun negeri Indonesia tercinta ini dengan menunjukkan kemampuan mencipta bukan meniru dan memakai saja.  Tunjukkan Kreatifitasmu! Buktikan pada dunia bahwa bangsa indonesia adalah bangsa yang berkualitas, cerdas, mandiri, kreatif, dan inovatif dengan menciptakan terobosan-terobosan baru di berbagai bidang! Jadilah pengusaha yang sukses yang tidak hanya membawa kesejahteraan bagi dirimu sendiri, melainkan bagi bangsa dan negara!

Daftar Pustaka
Http://www.Indonesiakreatif.net
Http://adesyam.blogspot.com
Http://id.wikipedia.org
Http://www.Indonesiakreatif.com
Http//feksi.wordpress.com

Minggu, 03 Juni 2012

ETIKA PROFESI DALAM BIDANG TEKNIK INDUSTRI


Definisi Profesi
Profesi berasal dari bahasa latin “Proffesio” yang mempunyai dua pengertian yaitu janji/ikrar dan pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian yang lebih luas menjadi kegiatan “apa saja” dan “siapa saja” untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu. Sedangkan dalam arti sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik. Profesi merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang memerlukan ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari manusia, di dalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan ketrampilan dan keahlian tinggi, hanya dapat dicapai dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang luas, mencakup sifat manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan hidupnya serta adanya disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang menyandang profesi tersebut.
Belum ada kata sepakat mengenai pengertian profesi karena tidak ada standar pekerjaan/tugas yang bagaimanakah yang bisa dikatakan sebagai profesi. Ada yang mengatakan bahwa profesi adalah “jabatan seseorang walau profesi tersebut tidak bersifat komersial”.  Secara tradisional ada 4 profesi yang sudah dikenal yaitu kedokteran, hukum, pendidikan, dan kependetaan.

Etika Profesi
Sebelum Membahas mengenai etika Profesi alangkah baiknya kita bahas dulu apa yang dimaksud dengan etika:
Etika adalah: Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasaYunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atauadat. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengankonsep yang dimilki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik. Etika akan memberikan semacam batasan maupun standar yang akan mengatur pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnya. Dalam pengertiannya yang secara khusus dikaitkan dengan seni pergaulan manusia, etika ini kemudian dirupakan dalam bentuk aturan (code) tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsip prinsip moralyang ada. pada saat yang dibutuhkan akan bisa difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang  secara logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode etik. Dengan demikian etika adalah refleksi dari apa yang  disebut dengan “self control”, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk kepenringan kelompok sosial (profesi) itu sendiri. Oleh karena itu dapatlah disimpulkan bahwa sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bilamana dalam diri para elit professional tersebut ada kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang memerlukannya. Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup tingkat internasional di perlukan suatu system yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi  saling menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain. Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat agara mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang  tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang  berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya.
Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ETHOS yang  berarti norma-norma, nilai-nilai,  kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik, seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini: Drs. O.P. SIMORANGKIR : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik. Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari seg baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal. Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalamhidupnya.

Ada dua macam etika yang  harus dipahami bersama dalam menentukan baik dan buruknya prilaku manusia:
·       ETIKA DESKRIPTIF, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang prilaku atau sikap yang mau diambil.
·       ETIKA NORMATIF, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang  bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.

Kode Etik Professi
Kode, yaitu tanda-tanda atau simbol-simbol yang berupakata-kata, tulisan atau benda yang disepakati untuk maksud-maksud tertentu, misalnya untuk menjamin suatu berita, keputusan atau suatu kesepakatan suatu organisasi. Kode juga dapat berarti kumpulan peraturan yang sistematis.
Kode etik, yaitu norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku sehari- hari di masyarakat maupun di tempat kerja. Menurut UU NO. 8 (Pokok-pokok Kepegawaian) Kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan  perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu contoh tertua adalah: SUMPAH HIPOKRATES yang dipandang sebagai kode etik pertama untuk profesi dokter.
Hipokrates adalah doktren Yunani kuno yang digelari:  BAPAK ILMU KEDOKTERAN. Beliau hidup dalam abad ke- 5 SM. Menurut ahli-ahli sejarah belum tentu sumpah ini merupakan buah pena Hipokrates sendiri, tetapi setidaknya berasal dari kalangan murid-muridnya dan meneruskan semangat profesional yang diwariskan oleh dokter Yunani ini.

Faktor yang Mempengaruhi Pelanggaran Etika
·       Kebutuhan individu.
·       Korupsi alasan ekonomi.
·       Tidak ada pedoman.
·       Area “abu-abu”, sehingga tak ada panduan.
·       Perilaku dan kebiasaan individu.
·       Kebiasaan yang terakumulasi tak dikoreksi.
·       Lingkungan tidak etis.
·       Pengaruh dari komunitas.
·       Perilaku orang yang ditiru.
·       Efek primordialisme yang kebablasan.

Sangsi Pelanggaran Etika
·       Sanksi Sosial
Skala relative kecil, dipahami sebagai kesalahan yang dapat “dimaafkan”.
·       Sanksi Hukum
Skala besar, merugikan hak pihak lain. Hukum pidana menempati prioritas utama, diikuti oleh hukum Perdata.

Seorang pelaku profesi harus memiliki sifat – sifat berikut:
1.    Menguasai ilmu secara mendalam di bidangnya.
2.    Mampu mengkonversi ilmu menjadi keterampilan.
3.    Menjunjung tinggi etika dan integritas profesi
Profesional adalah orang yang menjalankan profesinya secara benar menurut nilai-nilai normal. Untuk menjadi orang yang professional, diperlukan : komitmen, tanggung jawab, kejujuran, sistematik berfikir, penguasaan materi, menjadi bagian masyarakat professional.

Peranan Etika Profesi dalam Bidang Teknik Industri
Banyak orang yang salah menginterpretasikan pengertian tentang teknik industri. Istilah “industri” dalam berbagai kasus sering dilihat dalam kaca-mata sempit sebagai “pabrik” yang banyak bergelut dengan aktivitas manufakturing. Meskipun secara historis perkembangan profesi teknik industri berangkat dari disiplin teknik mesin (produksi) dan terutama sekali sangat erat kaitannya dengan proses manufakturing produk dalam sebuah proses transformasi fisik; disiplin teknik industri telah berkembang luas dalam beberapa dekade terakhir ini. Sesuai dengan “nature”-nya, industri bisa diklasifikasikan secara luas yaitu mulai dari industri yang menghasilkan produk-barang fisik (manufaktur) sampai ke produk-jasa (service) yang non-fisik. Industri juga bisa kita bentangkan dalam pola aliran hulu-hilir sampai ke skala kecil-menengah-besar. Demikian juga problematika yang dihadapi oleh industri (yang kemudian menjadi fokus kajian disiplin teknik industri) bisa terfokus dalam ruang lingkup mikro (lantai produksi) dan terus melebar luas mengarah ke problematika manajemen produksi (perencanaan, pengorganisasian, pengoperasian dan pengendalian sistem produksi) yang harus memperhatikan sistem lingkungan (aspek politik-sosial-ekonomi-budaya maupun hankam) dalam setiap langkah pengambilan keputusan berdimensi strategik. 
`Disiplin Teknik Industri melihat setiap persoalan dengan metode pendekatan sistem dimana segala keputusan yang diambil juga selalu didasarkan pada aspek teknis (engineering area) dan aspek non-teknis. Wawasan “Tekno-Sosio-Ekonomi” akan mewarnai penyusunan kurikulum pendidikan teknik industri dan merupakan karakteristik yang khas yang menggambarkan ciri keunggulan serta membedakan disiplin ini dengan disiplin-disiplin keteknikan yang lainnya. Sebegitu luas ruang lingkup yang bisa yang bisa digapai oleh profesi teknik industri seringkali membuat kesulitan tersendiri didalam memberikan identitas yang jelas dan tegas mengenai apa yang sebenarnya bisa dikerjakan oleh profesi ini. Disiplin teknik industri pada hakekatnya bisa dikelompokkan kedalam tiga topik besar permasalahan yang dijumpai di industri yang selanjutnya bisa dipakai sebagai landasan utama pengembangan disiplin ini; yaitu pertama, berkaitan erat dengan permasalahan-permasalahan yang menyangkut dinamika aliran material yang terjadi di lantai produksi. Disini akan menekankan pada prinsip-prinsip yang terjadi pada saat proses transformasi (seringkali juga disebut sebagai proses nilai tambah) dan aliran material yang berlangsung dalam sistem produksi yang terus berkelanjutan sampai meningkat ke persoalan aliran distribusi dari produk akhir (output) menuju ke konsumen. Topik kedua berkaitan dengan dinamika aliran informasi. Persoalan pokok yang ditelaah dalam hal ini menyangkut aliran informasi yang diperlukan dalam proses pengambilan keputusan manajemen khususnya dalam skala operasional. Hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan produksi agregat, pengendalian kualitas, dan berbagai macam problem manajemen produksi/operasional akan merupakan kajian pokoknya. Selanjutnya topik ketiga cenderung membawa disiplin teknik industri ini untuk bergerak kearah persoalan-persoalan yang bersifat makro-strategis. Persoalan yang dihadapi sudah tidak lagi bersangkut-paut dengan persoalan-persoalan yang timbul di lini aktivitas produksi ataupun manajemen produksi melainkan terus melebar ke persoalan sistem produksi/industri dan sistem lingkungan yang berpengaruh signifikan terhadap industri itu sendiri. Topik ketiga ini cenderung membawa disiplin teknik industri untuk menjauhi persoalan-persoalan teknis (deterministik-fisik-kuantitatif) yang umum dijumpai di lini produksi (topik pertama) dan lebih banyak bergelut dengan persoalan non-teknis (stokastik-abstraktif-kualitatif). Berhadapan dengan problematika yang kompleks, multi-variable dan/atau multi-dimensi; maka disiplin teknik industri akan memerlukan dasar kuat (dalam bidang keilmuan matematika, fisika, maupun sosial-ekonomi) untuk bisa memodelkan, mensimulasikan dan mengoptimasikan persoalan-persoalan yang harus dicarikan solusinya. 
Begitu luasnya ruang lingkup yang bisa dirambah untuk mengaplikasikan keilmuan teknik industri jelas akan membawa persoalan tersendiri bagi profesional teknik industri pada saat mereka harus menjelaskan secara tepat “what should we do and where should we work” ? Pertanyaan ini jelas tidak mudah untuk dijawab secara memuaskan oleh mereka yang masih awam dengan keilmuan teknik industri. Kenyataan yang sering dihadapi adalah bahwa seorang profesional teknik industri sering dijumpai berada dan “sukses” bekerja dimana-mana mulai dari lini operasional sampai ke lini manajerial. Seorang professional teknik industri seringkali membanggakan kompetensinya dalam berbagai hal mulai dari proses perancangan produk, perancangan tata-cara kerja sampai dengan mengembangkan konsep-konsep strategis untuk mengembangkan kinerja industri. Seorang professional teknik industri akan bisa menunjukkan cara bekerja yang lebih baik, lebih cerdik, lebih produktif, dan lebih berkualitas. Seorang profesional teknik industri bisa diharapkan sebagai “problem solver” untuk membuat sistem produksi bisa dioperasikan dan dikendalikan secara lebih efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien. Untuk itu eliminasi berbagai hal yang bersifat kontra-produktif seperti pemborosan waktu, uang, material, enersi dan komoditas lainnya merupakan fokus utama yang harus dikerjakan. 
Dengan mengacu pada ABET-Engineering Criteria 2000, maka seorang profesional Teknik Industri tidak saja harus menguasai kepakaran (hard-skill)Teknik Industri; tetapi juga harus memiliki wawasan, pemahaman, dan kemampuan/kompetensi lainnya (soft-skill) seperti (a) kemampuan untuk bekerja dalam kelompok (organisasi), (b) pemahaman tentang tanggung jawab sosial dan etika profesi, (c) kemampuan berkomunikasi baik lisan maupun tulisan, (d) kesadaran lingkungan (alam maupun sosial), (e) kepekaan tinggi terhadap berbagai persoalan yang dihadapi menyangkut berbagai macam isue kontemporer, aktual maupun situasional dan (f) kemampuan berorganisasi, manajemen dan leadership, dan sebagainya. Berdasarkan ABET Engineering Criteria 2000 tersebut, seorang profesional Teknik Industri tidak saja diharapkan akan memiliki kemampuan akademis dan kompetensi profesi keinsinyuran (engineering) yang baik saja, tetapi juga memiliki wawasan dan kepekaan terhadap segala permasalahan yang ada di industri maupun masyarakat. 
Guna mengantisipasi problematika industri yang semakin luas dan kompleks, maka disiplin teknik industri telah menunjukkan banyak perubahan maupun penyesuaian dengan arah perkembangan yang ada. Adanya kehendak untuk meningkatkan produktivitas, kualitas, dan disisi lain harus diikuti pula dengan keinginan untuk menekan biaya produksi (costs reduction program) serta waktu penyampaian barang (time delivery) secara tepat waktu merupakan langkah-langkah strategis yang harus dipikirkan oleh profesi teknik industri agar bisa meningkatkan daya saing perusahaan. Selain itu ruang lingkup pasar tidak lagi harus bersaing di tingkat lokal (nasional) melainkan mengarah ke tingkat persaingan pasar global. Perubahan tantangan yang dihadapi oleh dunia industri jelas sekali juga akan membawa perubahan pada fungsi dan peran yang harus bisa dimainkan oleh disiplin teknik industri. Kalau pada awalnya profesi teknik industri secara tradisional mengurusi persoalan-persoalan di tingkat pengendalian operasional (manajemen produksi) seperti perancangan-perancangan tata-letak mesin, tata-cara kerja, sistem manusia-mesin (ergonomi) dan penetapan standard-standard kerja; maka dalam beberapa dekade terakhir ini profesi teknik industri lebih banyak dilibatkan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan perencanaan strategis dan pengambilan keputusan pada tingkat manajemen puncak. Persoalan yang dihadapi oleh profesi teknik industri tidak lagi dibatasi dalam skala kecil (mikro) melainkan berkembang ke skala besar (makro). Sebagai contoh kalau awalnya studi pengukuran kerja lebih difokuskan ke skala stasiun kerja sekedar mendapatkan standard-standard (waktu, output ataupun upah) kerja untuk merealisasikan konsep “the fair day’s pay for the fair day’s work”; maka peran profesi teknik industri modern belakangan ini banyak diperlukan untuk melakukan pengukuran produktivitas dan kinerja makro organisasi-perusahaan guna menilai sehat tidaknya kondisi industri tersebut. 
Ditengah-tengah keterpurukan industri nasional (baik yang bergerak di sektor manufaktur maupun jasa) didalam menghadapi persaingan global; disiplin teknik industri sudah sepatutnya mengambil peluang ini dengan menunjukkan letak keunggulan disiplin teknik industri dibandingkan dengan disiplin keteknikan maupun keilmuan yang lain untuk memberi solusi-solusi yang lebih cerdas. Tantangan maupun ancaman yang menimpa industri nasional justru membuka peluang lebih besar bagi disiplin teknik industri untuk melakukan penelitian-penelitian baik berupa penelitian dasar (fundamental research), penelitian terapan (applied research), ataupun penelitian tindakan/pesanan (action research). Cukup banyak kasus yang bisa ditarik dari situasi dan kondisi yang terjadi di industri nasional yang memberi banyak peluang bagi kita untuk mengaplikasikan semua “IE’s tools” yang kita miliki guna memberikan analisa dan jawaban konkrit. Karakteristik disiplin teknik industri yang menekankan model pendekatan sistemik, holistik, serta komprehensif-integral akan sangat efektif untuk menyelesaikan persoalan-persoalan industri yang memiliki spektrum luas dari ranah mikro (teknis-operasional) sampai ke makro (sosial-ekonomis-lingkungan).

Sumber:


Sabtu, 19 Mei 2012

PROFESI DALAM TEKNIK INDUSTRI


Sarjana/Ahli Teknik Industri
Organisasi seperti The American Instute of Industrial Engineers (AIIE) mendefinisikan ahli Teknik Industri sebagai :
“concerned with the design, improvement and installation of integrated systems of people, materials, equipment and energy. It draws upon specialized knowledge and skill in the mathematical, physical and design to specify, predict and evaluate the results to be obtained from such a systems”
“Seorang ahli teknik industri bertanggung jawab terhadap perancangan, peningkatan kualitas dan instalasi dari sistem, yang terintegrasi antara manusia, material, peralatan dan energi. Untuk itu diperlukan keahlian dan pengetahuan khusus di bidang matematika, fisika dan rekayasa sehingga mampu menspesifikasi, meramalkan dan mengevaluasi hasil-hasil yang dibuat oleh sistem tersebut”

Bidang Kerja Teknik Industri
Berdasarkan survey yang dilakukan organisasi ini, maka secara garis besar para Ahli Teknik Industri dimasa kini bergerak didalam bidang :
§  Desain organisasi dan kerja (organizations and job design)
§  Rekayasa metode (Methods engineering)
§  Perancangan Fasilitas (Facilities design)
§  Pengukuran performa dan kontrol operasi (Performance measurement and control of operations)
§  Ekonomi teknik (Engineering economy)
§  Perencanaan dan Pengendalian (Planning dan control)
§  Ilmu komputer dan sistem informasi (Computers and information systems)
§  Metode kuantitatif (Quantitative methods)
§  Pengendalian kualitas (Quality assurance)
§  Optimasi (Optimization)
§  Ergonomi/Faktor manusia (Ergonomics/Human factors)
§  Evaluasi, penilaian dan manajemen sumber daya manusia (Evaluation, appraisal, and management of human resources)
§  Rekayasa sistem pada industri manufaktur (Manufacturing system engineering)
§  Sistem Manajemen Pemeliharaan (Maintenance Management Systems)
Berdasarkan bidang kerja itu seorang ahli teknik industri dapat berkecimpung dalam :
§  Perencanaan dan Pengendalian Produksi (Production Planning and Control)
§  Pemeliharaan (Maintenance)
§  Perencanaan Kebutuhan Material (Material Requirement Planning - MRP)
§  Peningkatan Sumber Daya Manusia
§  Perencanaan dana Pengoptimalan Tata Letak Pabrik
§  Sistem Informasi Manajemen
§  Pemodelan dan Simulasi
§  dan sebagainya
Sumber :
http://teknikindustri.mercubuana.ac.id